Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK
<p>Paramathetes adalah jurnal yang menjadi wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan kristen yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Medan. Nama ‘Paramathetes’ berasal dari gabungan 2 kata menjadi satu yaitu ‘Para’ ( kata penyerta dalam Bahasa Indonesia) dan ‘Mathetes’ ( yang berarti ‘murid’ dalam Bahasa Yunani). Jadi Paramathetes artinya ‘ Para Murid ‘, yang menegaskan bahwa setiap insan pecinta ilmu pengetahuan tetaplah merupakan murid yang terus belajar kepada Tuhan melalui berbagai sarana yang disediakanNya dan saling mengasah dengan sesama insan pembelajar untuk berkarya melalui dunia ilmu pengetahuan. <br />Kajian Jurnal Paramathetes meliputi : <br />Teologi Biblika <br />Teologi Sistematika<br />Teologi Pastoral <br />Teologi Misi dan Apologetika <br />Pendidikan Kristiani</p> <p>PARAMATHETES terbit<strong> 2 kali dalam setahun</strong>, yakni bulan <strong>Mei</strong> dan <strong>November.</strong> PARAMATHETES menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi dari segala institusi. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer melalui proses double blind-review. Dengan ISSN : 2964-0946 (media online) dan SK 29640946/II.7.4/SK.ISSN/12/2022</p>Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Medanen-USParamathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani2964-0946Peran Roh Kudus dalam Penyataan Allah melalui Proses Penciptaan (Studi Komparasi dengan ajaran agama Budha)
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/46
<p><em>According to the Bible, the purpose of the creation process is a statement about the existence and power of God. However, in Indonesia, there is Buddhism, which has the concept of God not as a creator, but a supreme state that is the purpose of life. As a non-theistic religion, it believes in the concept of the law of karma as a reference for living a life. This difference raises the question of whether the concept of God's predestination as proposed by John Calvin about God's absolute election from the beginning or a free will given by God to humans to respond to the salvation offered by God. The purpose of this study will bring understanding to Christians in evangelizing, preaching salvation to Buddhist groups. The methodology used is qualitative comparative analysis of each teaching. The conclusion is that every human being apparently seeks the ultimate goal of life which in Buddhism is called Nibbana and Christians identify as salvation. Nibbana can be achieved by the efforts of each individual by practicing the eightfold path of purity, and Christians can preach about Christ who gives the Helping Spirit, namely the Holy Spirit who will teach, remind, rebuke and give strength to be able to live life until reaching the final goal.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Menurut Alkitab tujuan proses penciptaan adalah sebuah penyataan tentang keberadaan dan kuasa Tuhan. Namun di negara Indonesia ini terdapat agama Buddha yang mempunyai konsep Tuhan bukan sebagai sosok pencipta, tetapi sebuah keadaan tertinggi yang menjadi tujuan dari sebuah kehidupan. Sebagai agama non teistik, mempercayai konsep hukum karma sebagai acuan menjalani sebuah kehidupan. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan benarkah konsep predestinasi Allah seperti yang dikemukakan oleh John Calvin tentang pemilihan mutlak Allah sejak awal atau sebuah kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia untuk meresponi keselamatan yang ditawarkan Allah. Tujuan dari penelitian ini akan membawa pemahaman kepada orang Kristen dalam melakukan penginjilan, memberitakan keselamatan kepada kelompok agama Buddha. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif analisis komperatif masing-masing pengajaran. Kesimpulan-nya bahwa setiap manusia ternyata mencari tujuan akhir kehidupan yang dalam agama Buddha disebut Nibbana dan orang Kristen mengidentifikasi sebagai keselamatan. Nibbana bisa dicapai dengan usaha setiap individu dengan melakukan jalan kesucian berunsur 8, dan orang Kristen bisa memberitakan tentang Kristus yang memberikan Roh Penolong, yaitu Roh Kudus yang akan mengajarkan, mengingatkan, menegur dan memberi kekuatan untuk bisa menjalani kehidupan sampai mencapai tujuan akhir tersebut.</p>Vonny Ovia RahmatAndreas Budi Setyobekti
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-3031118Tuhan Allah Impoten ? Kajian Kritis Terhadap Pengajaran Suhento Liauw
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/48
<p><em>According to the Bible, the purpose of the creation process is a statement about the existence and power of God. However, in Indonesia, there is Buddhism, which has the concept of God not as a creator, but a supreme state that is the purpose of life. As a non-theistic religion, it believes in the concept of the law of karma as a reference for living a life. This difference raises the question of whether the concept of God's predestination as proposed by John Calvin about God's absolute election from the beginning or a free will given by God to humans to respond to the salvation offered by God. The purpose of this study will bring understanding to Christians in evangelizing, preaching salvation to Buddhist groups. The methodology used is qualitative comparative analysis of each teaching. The conclusion is that every human being apparently seeks the ultimate goal of life which in Buddhism is called Nibbana and Christians identify as salvation. Nibbana can be achieved by the efforts of each individual by practicing the eightfold path of purity, and Christians can preach about Christ who gives the Helping Spirit, namely the Holy Spirit who will teach, remind, rebuke and give strength to be able to live life until reaching the final goal.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Kedaulatan Allah merupakan topik yang sangat menarik dan telah memuat pro kontra yang tak kunjung berhenti menemukan titik temunya. Posisi kontranya seseorang terkait topik ini dilatarbelakangi dengan pemahaman manusia yang independen di hadapan Allah. Seperti yang diutarakan Suhento Liauw, dengan menjunjung tinggi kedaulatan Allah dan meminimalisir keberadaan manusia yang memiliki kebebasan maka hal itu merendahkan Allah dalam pengertian yang keliru. Bagi Suhento, setiap ajaran yang tidak mengakui kebebasan manusia dalam merespons kedaulatan Penciptanya, maka ajaran tersebut menghujat Allah dan menjadikanNya sebagai sosok yang kejam. Dengan menggunakan metode studi pustaka, kami menemukan bahwa pengajaran Suhento Liauw mengarah pada spirit atheism yang tidak berdasarkan kebenaran Alkitab. Sebaliknya, Alkitab menyatakan Allah yang berdaulat mengatur segala sesuatu yang dilakukan manusia, menentukan destinasi manusia oleh kehendakNya dengan disertai jaminan kekal yang ada di dalamnya. Sehingga, setiap orang yang telah mengenal kedaulatan Allah memperoleh kebahagiaan, ketentraman dan penghiburan yang abadi. Kedaulatan Allah tidak membatasi manusia berkreativitas di hadapanNya, melainkan mendorong manusia (umat pilihan) untuk berkarya bagi Allah demi keagungan dan kemuliaan-Nya.</p>Mey Daman LawoloNur Hayati Buaya
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-30311931Doa Yesus Menurut Kallistos Ware: Transformasi Spiritual Melalui Keheningan dan Doa Yesus
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/47
<p><em>This article explores spiritual transformation through silence and the Jesus Prayer. The Jesus Prayer, discussed in the book by Kallistos Ware, has deep origins, meaning and practice in Christian spirituality. Ware explains how Jesus' prayer was central to the prayer lives of many saints, helping to achieve union with God and a core experience with Him. Silence and the Jesus Prayer offer a space for reflection, spiritual awareness, and purification of the soul, overcoming the existential Crisis, which brings the individual closer to God. With an integration of classical spiritual theories and modern approaches, as well as personal experience, this article illustrates how the Jesus Prayer and silence complement each other in one's spiritual journey. The resulting spiritual transformation is not just a concept, but a life experience that can change deeply and provide deeper meaning for the individual who practices it. </em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Artikel ini mengeksplorasi transformasi spiritual melalui keheningan dan Doa Yesus. Doa Yesus, yang dibahas dalam buku Kallistos Ware, memiliki asal usul, makna, dan praktik yang dalam dalam spiritualitas Kristen. Ware menjelaskan bagaimana doa Yesus merupakan inti kehidupan doa banyak orang kudus, membantu mencapai kesatuan dengan Tuhan dan pengalaman inti dengan-Nya. Keheningan dan Doa Yesus menawarkan ruang untuk refleksi, kesadaran spiritual, dan pemurnian jiwa, mengatasi Krisis eksistensial, yang membawa individu lebih dekat kepada Tuhan. Dengan integrasi teori spiritual klasik dan pendekatan modern, serta pengalaman pribadi, artikel ini menggambarkan bagaimana Doa Yesus dan keheningan saling melengkapi dalam perjalanan spiritual seseorang. Transformasi spiritual yang dihasilkan bukan sekedar konsep, namun merupakan pengalaman hidup yang dapat berubah secara mendalam dan memberikan makna yang lebih dalam bagi individu yang mengamalkannya.</span></span></p> <p> </p>Marsha HiaHendi WijayaSyutriska Kardia Gulo
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-30313249Dampak Keteladanan Ayah Menurut Kejadian Pasal 22 Terhadap Kepatuhan Remaja
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/174
<p><em>Nowadays, many parents are in conflict with their teenage children. Teeneagers often hate and hate their parents. They are not loyal to their parents. This study is trying to find a solution to this problem. This study analyzes how the impact of father’s behavior based on Genesis 22 increases a child’s obedience. Father’s exemplary behavior is exported from Genesis 22 and aolesccent obedience from various sources. The method used in this study is quantitative research and survey method to 41 respondents aged 14-20 years among teeneages at YPDPA Fellowship. From the results of the study, it can be concluded that the role model of fathers based on Genesis 22 significantly increases adolescent compliance by 0, 602 or 60,2 % and other contributions 39,8% from others factors; with a liner regression equation of </em><em>Ŷ =</em><em> 34,665 </em><em>+ </em><em>1,140</em><em> X</em><em>. That is, the better the adolescent understanding of the role model of fathers based Genesis 22, the better the adolescent’s compliance to their father or parents.. Therefore, the role mode of fathers is very important for adolescent compliance. </em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Di zaman sekarang ini tidak sedikit para orang tua berkonflik dengan anak-anak remaja mereka. Para remaja susah diatur dan suka melawan orang tua mereka. Mereka tidak patuh kepada orang tua mereka. Penelitian ini dimaksud untuk memberikan solusi terhadap persoalan tersebut. Penelitian ini menganalisis bagaimana dampak pemahaman tentang keteladan ayah berdasarkan Kejadian Pasal 22 meningkatkan kepatuhan seorang remaja. Keteladanan ayah diekspos dari Kejadian Pasal 22 dan kepatuhan remaja dari berbagai-bagai literatur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan metode survey kepada 41 responden (usia 14-20 tahun) di Persekutuan remaja YPDPA. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak pemahaman remaja tentang keteladan ayah berdasarkan Kejadian Pasal 22 signifikan meningkatkan kepatuhan remaja sebesar 0, 602 atau 60,2 % dan kontribusi lain sebesar 39,8 % bersumber dari faktor-faktor lain; dengan persamaan regresi linier Ŷ = 34,665 + 1,140 X. Artinya, semakin baik pemahaman remaja tentang keteladan ayah berdasarkan Kejadian pasal 22, semakin baik pula kepatuhan remaja kepada yah atau orang tua mereka. Karena itu, keteladan para ayah di berbagai aspek hidup mereka penting ditingkatkan untuk meningkatkan kepatuhan para remaja.</p>Rasmalem SembiringJohn SimamoraRobbye ManikAslinawati GurusingaThomson Siallagan
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-30315066Peran Doktrin Gereja Dalam Kehidupan Umat Kristen
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/146
<p><em>Throughout its history, the Church has faced various internal and external problems, including divisions (schism), heresy, and social changes that require the Church to continue to adapt to the dynamics of an ever-changing world. Modern challenges such as secularism, moral relativism, and developments in technology and information also affect the lives of Christians. This research will comprehensively review various dimensions of Ecclesiology doctrine, starting from the basic understanding of the Church according to the Bible, the role of the Church in the Christian tradition, as well as the historical development of the concept of the Church. Apart from that, it will also be discussed how the Church plays a role in the lives of believers through sacraments, proclamation of the Gospel, and social action. The method used in this research is descriptive literature study using various sources such as books, journals, articles related to church doctrine. The research findings show that church doctrine has an important role in the lives of Christians. This is based on the teachings contained in church doctrine being the basis of Christian faith.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Sepanjang sejarahnya, Gereja telah menghadapi berbagai masalah internal maupun eksternal, termasuk perpecahan (skisma), ajaran sesat (heresy), dan perubahan sosial yang mengharuskan Gereja untuk terus menyesuaikan diri dengan dinamika dunia yang terus berubah. Tantangan-tantangan modern seperti sekularisme, relativisme moral, serta perkembangan teknologi dan informasi yang juga mempengaruhi kehidupan umat Kristen. Penelitian ini akan mengulas secara komprehensif berbagai dimensi dalam doktrin Eklesiologi, dimulai dari pengertian dasar Gereja menurut Alkitab, peran Gereja dalam tradisi Kristen, serta perkembangan historis konsep Gereja. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana Gereja berperan dalam kehidupan umat beriman melalui sakramen, pewartaan Injil, serta tindakan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptis studi kepustakaan dengan berbagai sumber seperti buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan doktrin gereja. Adapun hasil temuan peneliti, bahwa doktrin gereja memiliki peran penting terhadap kehidupan umat Kristen. Hal ini berdasarkan, ajaran yang ada pada doktrin gereja menjadi dasar iman umat Kristen.</p> <p> </p>SelamitaMeisylina PutriTika DwiyantiSarmauli Sarmauli
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-30316779Kepemimpinan Daniel, Azarya, Misael, Hanaya sebagai Figur Minoritas Bangsa Yahudi di Kalangan Mayoritas Bangsa Babel : Model Kepemimpinan untuk Para Pemimpin Kristen dalam Kancah Perpolitikan Indonesia
https://ejurnal.sttsolagratiamdn.ac.id/index.php/JTPK/article/view/175
<p><em>This research explores the leadership models of Daniel, Azarya, Misael, and Hananya as Jewish minority figures amidst the Babylonian majority, which is relevant to the challenges of Christian leadership in the context of political pluralism in Indonesia. With a qualitative approach and case study analysis of Daniel's life based on Biblical texts, this research identifies four main dimensions of leadership: holding personal spiritual values, recognizing God in every decision, faith-based team collaboration, and courage in facing opposition. Daniel demonstrated faith-based integrity, wisdom and courage in carrying out his role as a leader amidst a majority of different beliefs. The results of this research offer insight and inspiration for Christian leaders in Indonesia to lead with integrity, humility, and collaboration that reflects the principles of the Christian faith. These findings reinforce the importance of steadfastness in spiritual values in facing political and cultural challenges in a plural and multicultural environment.</em></p> <p>Abstrak</p> <p><em>Penelitian ini mengeksplorasi model kepemimpinan Daniel, Azarya, Misael, dan Hananya sebagai figur minoritas Yahudi di tengah mayoritas bangsa Babel, yang relevan dengan tantangan kepemimpinan Kristen dalam konteks pluralisme politik di Indonesia. </em><em>Dengan pendekatan kualitatif dan analisis studi kasus kehidupan Daniel berdasarkan teks Alkitab, penelitian ini mengidentifikasi empat dimensi utama kepemimpinan: memegang nilai-nilai spiritual secara pribadi, pengakuan Tuhan dalam setiap keputusan, kolaborasi tim berbasis iman, dan keberanian menghadapi oposisi. Daniel menunjukkan integritas, kebijaksanaan, dan keberanian yang berbasis pada iman dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin di tengah mayoritas yang berbeda keyakinan. Hasil penelitian ini menawarkan wawasan dan inspirasi bagi pemimpin Kristen di Indonesia untuk memimpin dengan integritas, kerendahan hati, dan kolaborasi yang mencerminkan prinsip-prinsip iman Kristen. Temuan ini memperkuat pentingnya keteguhan pada nilai-nilai spiritual dalam menghadapi tantangan politik dan budaya di lingkungan yang plural dan multikultural.</em></p>gerhard sipayung
Copyright (c) 2024 Paramathetes : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
2024-11-302024-11-30318090